Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks
adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri
berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Pada usia berapa
pun, semua wanita bisa menderita kanker serviks. Tapi penyakit ini cenderung
memengaruhi wanita yang aktif secara seksual antara usia 30-45 tahun. Kanker
serviks sangat jarang terjadi pada wanita berusia di bawah 25 tahun.
Pada tahap awal,
kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang
paling umum adalah pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan
seks, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan,
belum berarti Anda menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi
Anda, segera tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker
serviks, rujukan menemui dokter spesialis akan diberikan.
Penderita Kanker Serviks di Indonesia
Menurut WHO,
terdapat 490.000 perempuan di dunia terkena kanker serviks pada tiap tahunnya.
Dan 80 persen di antaranya berada di negara-negara berkembang, salah satunya
adalah Indonesia. Tiap satu menit muncul kasus baru dan tiap dua menit terdapat
satu orang meninggal akibat kanker serviks. Jadi bisa disimpulkan bahwa kanker
serviks adalah jenis kanker yang sering menyerang wanita.
Di Indonesia, pada
tiap harinya, diperkirakan muncul 40-45 kasus baru dan sekitar 20-25 orang
meninggal akibat kanker serviks. Berarti tiap bulan Indonesia kehilangan
600-750 perempuan akibat kanker serviks. Angka kematian kanker serviks di
Indonesia tergolong tinggi dan sebagian besar disebabkan oleh
keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya kanker sudah menyebar ke organ lain di
dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Inilah penyebab
pengobatan yang dilakukan menjadi makin sulit.
Human Papillomavirus sebagai Penyebab Utama Kanker Serviks
Hampir semua kasus
kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. HPV adalah kumpulan jenis virus yang menyebabkan kutil di tangan, kaki, dan alat kelamin. HPV sangat umum
ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks. Ada banyak jenis HPV dan sebagian besar adalah virus
yang tidak berbahaya. Tapi ada beberapa jenis HPV yang mengganggu sel-sel leher
rahim untuk bisa berfungsi secara normal dan akhirnya bisa memicu kanker.
Dari banyaknya
jenis HPV, ada dua jenis virus HPV yang paling berbahaya, yaitu HPV 16 dan HPV
18. Kedua jenis virus ini yang menyebabkan 70 persen kasus kanker serviks.
Banyak wanita tidak menyadari telah terinfeksi karena HPV jenis ini tidak
menimbulkan gejala. Penting untuk menyadari bahwa infeksi ini sering
terjadi, meski banyak wanita yang terinfeksi tidak mengalami kanker.
Kondom bisa
melindungi Anda dari HPV saat berhubungan seks, tapi tidak selalu sempurna
dalam mencegah terjadinya infeksi. Saat terinfeksi HPV, sistem kekebalan tubuh
wanita mencegah virus untuk melukai rahim, tapi pada sebagian wanita, virus HPV
bisa bertahan selama bertahun-tahun. Hal ini mengakibatkan sel-sel yang berada
di permukaan leher rahim berubah menjadi sel kanker.
Vaksin untuk
mencegah infeksi HPV yang berisiko menyebabkan kanker sudah tersedia. Vaksinasi
HPV yang saat ini ada adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18 atau vaksin
kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18.
Pentingnya Langkah Screening untuk Mendeteksi Kanker Serviks
Selama
bertahun-tahun, dinding sel permukaan leher rahim mengalami banyak perubahan.
Sel-sel ini bisa perlahan-lahan berubah menjadi kanker, tapi perubahan sel di
leher rahim bisa dideteksi sejak dini. Pengobatan ketika sel-sel masih dalam
tahap pra-kanker bisa dilakukan agar risiko terkena kanker serviks bisa
berkurang.
Screening untuk kanker serviks juga dikenal dengan sebutan
pap smear atau tes smear. Pap
smear berguna untuk mendeteksi jika
ada sel-sel yang abnormal yang berpotensi berubah menjadi sel kanker. Saat
melakukan pap smear, sampel sel diambil dari leher
rahim dan diperiksa di bawah mikroskop.
Screening serviks bukanlah tes untuk mendiagnosis kanker serviks. Tes ini berguna untuk memeriksa kesehatan sel-sel di
leher rahim dan mendeteksi jika ada sel yang abnormal. Dengan deteksi dan
pengangkatan sel-sel abnormal, kanker serviks dapat dicegah secara maksimal.
Pada kebanyakan wanita, tes akan menunjukkan hasil yang normal. Tapi sekitar 5
persen tes menunjukkan adanya perubahan abnormal pada sel leher rahim.
Perubahan ini
kebanyakan tidak berujung kepada kanker dan sel-sel abnormal mungkin bisa
kembali normal dengan sendirinya. Tapi pada beberapa kasus tertentu, sel-sel
yang bersifat abnormal perlu diangkat karena berpotensi berubah menjadi kanker.
Hasil tes smear
yang abnormal tidak berarti seseorang menderita kanker serviks. Kebanyakan
hasil abnormal disebabkan oleh infeksi atau adanya sel berisiko kanker yang
bisa ditangani dengan mudah. Disarankan pada wanita yang telah aktif secara
seksual dan berusia 25-49 tahun diperiksa tiap tiga tahun sekali. Sedangkan
wanita berusia 50-64 tahun dapat diperiksa tiap lima tahun sekali. Hubungi
dokter untuk mencari tahu lebih banyak tentang pemeriksaan ini.
Tingkat Stadium Menentukan Pengobatan Kanker Serviks
Pengobatan kanker serviks tergantung kepada beberapa faktor. Kanker serviks bisa
diobati dengan cara operasi jika diagnosis dilakukan pada tingkat awal. Pada
beberapa kasus, hanya serviks yang diangkat dan rahim bisa dibiarkan saja. Jika
lebih lanjut, rahim perlu diangkat seluruhnya. Proses operasi untuk
pengangkatan rahim disebut sebagai histerektomi.
Sedangkan
radioterapi adalah langkah alternatif untuk kanker serviks stadium awal. Pada
kasus tertentu, radioterapi juga dipakai berdampingan dengan operasi. Untuk
kasus kanker serviks stadium lanjut, biasanya dirawat dengan metode kombinasi
kemoterapi dan radioterapi. Beberapa penanganan bisa memiliki efek samping yang
berat dan jangka panjang, termasuk di antaranya adalah menopause
dini dan kemandulan.
Efek Samping Kanker dan Pengobatan
Komplikasi sering terjadi pada wanita yang menderita kanker serviks.
Komplikasi bisa muncul sebagai akibat langsung dari kanker atau efek samping
dari pengobatan yang dilakukan. Misalnya karena radioterapi, operasi, atau
kemoterapi. Komplikasi dari kanker serviks adalah:
- Komplikasi ringan: pendarahan kecil pada vagina dan/atau sering kencing.
- Komplikasi berat: pendarahan yang parah dan bahkan gagal ginjal.
Harapan Hidup Penderita Kanker Serviks
Masa depan
pengidap kanker serviks ditentukan oleh diagnosis stadium kanker serviks yang
diterima. Stadium kanker serviks bertahap dari satu hingga empat yang
menggambarkan tingkat perkembangan dan penyebaran kanker. Angka harapan
bertahan hidup setidaknya lima tahun setelah didiagnosis kanker serviks,
dikelompokkan ke dalam status stadium:
- Stadium 1 – 80-99 persen
- Stadium 2 – 60-90 persen
- Stadium 3 – 30-50 persen
- Stadium 4 – 20 persen
Tidak ada satu
cara khusus untuk melakukan pencegahan terhadap kanker serviks. Tapi masih ada beberapa cara untuk mengurangi risiko
terkena kanker ini.
Gejala kanker
serviks tidak selalu bisa terlihat dengan jelas, bahkan ada kemungkinan
gejala tidak muncul sama sekali. Sering kali, kemunculan gejala terjadi saat
kanker sudah memasuki stadium akhir. Oleh karena itu, melakukan pap smear
secara rutin sangat penting untuk ‘menangkap’ sel pra-kanker dan mencegah
perkembangan kanker serviks.
Pendarahan Pada Vagina
Pendarahan tidak
normal dari vagina, termasuk flek adalah gejala yang sering terlihat dari
kanker serviks. Pendarahan biasanya terjadi setelah berhubungan seks, di luar
masa menstruasi atau setelah menopause. Segera temui dokter untuk
melakukan pemeriksaan jika terjadi pendarahan yang tidak normal lebih dari satu
kali.
Gejala-gejala Lainnya yang Mungkin Muncul
Selain pendarahan
yang abnormal, gejala lain yang mungkin muncul adalah:
- Cairan yang keluar tanpa berhenti dari vagina dengan bau yang aneh atau berbeda dari biasanya, berwarna merah muda, pucat, cokelat, atau mengandung darah.
- Rasa sakit tiap kali melakukan hubungan seksual.
- Perubahan siklus menstruasi tanpa diketahui penyebabnya, misalnya menstruasi yang lebih dari 7 hari untuk 3 bulan atau lebih, atau pendarahan dalam jumlah yang sangat banyak.
Gejala Pada Kanker Serviks Stadium Akhir
Kanker pada
stadium akhir akan menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke jaringan
serta organ di sekitarnya. Pada tahapan ini, gejala yang terjadi akan berbeda,
antara lain:
- Terjadinya hematuria atau darah dalam urin.
- Bermasalah saat buang air kecil karena penyumbatan ginjal atau ureter.
- Perubahan pada kebiasaan buang air besar dan kecil.
- Penurunan berat badan.
- Pembengkakan pada salah satu kaki.
- Nyeri pada tulang.
- Kehilangan selera makan.
- Rasa nyeri pada punggung dan samping, ini disebabkan pembengkakan pada ginjal. Kondisi ini disebut sebagai hidronefrosis.
Jika Anda
mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera
menemui dokter. Terutama mengenai pendarahan yang tidak normal pada vagina
yang bisa disebabkan oleh banyak hal, tidak selalu disebabkan oleh kanker
serviks. Tapi gejala ini harus diperiksa oleh dokter untuk memahami penyebabnya.
Penyebab Kanker Serviks
Kanker serviks
dimulai ketika sel-sel yang sehat mengalami mutasi genetik atau perubahan pada
DNA. Mutasi genetik ini kemudian mengubah sel normal menjadi sel abnormal. Sel
yang sehat akan tumbuh dan berkembang biak pada kecepatan tertentu, sedangkan
sel kanker tumbuh dan berkembang biak tanpa terkendali.
Jumlah sel
abnormal yang terus bertambah akan membentuk tumor. Sel kanker
yang muncul kemudian menyerang jaringan di sekitarnya. Sel ini bisa melepaskan
diri dari lokasi awal dan menyebar ke wilayah tubuh lainnya, proses ini disebut
sebagai metastasis.
Kanker Serviks Akibat HPV atau Human papilomavirus
Ada beberapa
faktor risiko yang menyebabkan perempuan terkena kanker serviks. Tapi
penelitian menemukan bahkan 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV. HPV adalah satu golongan virus. Terdapat lebih dari
100 jenis HPV.
Virus HPV pada
umumnya tersebar melalui hubungan seksual di mana terjadi kontak langsung
antara kulit kelamin, membran mukosa, atau pertukaran cairan tubuh dan melalui
seks oral. Setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33 persen
wanita akan terinfeksi HPV. Beberapa jenis HPV tidak menimbulkan gejala yang
jelas dan infeksi bisa hilang tanpa penanganan medis.
Namun terdapat
jenis HPV lainnya yang bisa menyebabkan kutil pada alat kelamin. Jenis HPV penyebab kutil kelamin ini tidak
menyebabkan kanker serviks. Ada sekitar 15 jenis HPV yang berpotensi
menyebabkan kanker serviks. Dua jenis yang paling umum adalah HPV 16 dan HPV
18. Jenis ini menjadi penyebab kanker serviks pada 70 persen wanita.
Jenis HPV yang
berisiko tinggi dianggap mengandung materi genetik yang bisa dipindahkan dari
sel virus ke dalam sel leher rahim. Materi ini akan mulai mengganggu kinerja
sel, hingga akhirnya sel-sel serviks itu berkembang biak tanpa terkendali.
Proses inilah yang menyebabkan tumor dan kemudian berubah menjadi kanker.
Belum ada obat
yang diketahui bisa menyembuhkan infeksi HPV. Virus ini sendiri bisa tetap
berada di dalam tubuh dengan atau tanpa penanganan. Tapi kebanyakan infeksi HPV
menghilang tanpa penanganan khusus dalam jangka waktu sekitar dua tahun.
Namun, sebagai langkah berjaga-jaga, setiap wanita disarankan untuk menerima
vaksinasi HPV untuk mencegah tertularnya jenis virus yang menyebabkan kanker.
Status Prakanker – Cervical Intraepithelial Neoplasia
Kanker serviks
butuh bertahun-tahun untuk tumbuh dari sel sehat ke sel prakanker dan akhirnya
sel kanker. Perubahan abnormal sel-sel sebelum kanker inilah yang dikenal
dengan sebutan cervical
intraepithelial neoplasia (CIN)
atau sel prakanker. Perubahan sel akibat infeksi HPV, menjadi CIN dan akhirnya
menjadi kanker sangat lambat. Proses ini bisa terjadi dalam kurun waktu
10-20 tahun.
CIN adalah kondisi
pertumbuhan sel abnormal sebelum kanker. Kondisi ini umumnya tidak mengancam
kesehatan seseorang secara langsung, tapi berpotensi berubah menjadi kanker.
Walau risiko sel-sel CIN berubah menjadi kanker tergolong kecil, dokter akan
memantau atau menanganinya sebagai langkah pencegahan kanker serviks. Tujuan pap smear adalah
mengidentifikasi tahap ini agar CIN ditangani sebelum sepenuhnya berubah
menjadi kanker.
Tingkat perubahan
sel abnormal bisa dibagi menurut tingkat keparahannya, yaitu:
- CIN 1 – Kondisi ini terjadi saat perubahan pada sel-sel leher rahim masih sedikit atau tidak terlalu signifikan. Bisa ditangani atau dipantau secara berkala karena sel-sel pada tahap CIN 1 bisa berubah menjadi normal kembali tanpa penanganan medis.
- CIN 2 – Terjadi perubahan yang lebih dari CIN 2; umumnya sel-sel abnormal diangkat oleh dokter.
- CIN 3 – Pada tahap ini, perubahan sel sangat abnormal tapi belum bersifat kanker. Sel-sel CIN 3 akan diangkat oleh dokter.
Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Serviks
Ada beberapa
faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita kanker serviks antara lain:
- Aktivitas seksual terlalu dini: Melakukan hubungan seksual pada umur terlalu dini akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
- Berganti-ganti pasangan seksual: Memiliki banyak pasangan seksual akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
- Merokok: Wanita yang merokok berisiko dua kali lipat. Ini mungkin disebabkan oleh bahan kimia berbahaya dari tembakau yang muncul di leher rahim.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kondisi ini mungkin dikarenakan mengonsumsi obat tertentu seperti imunosupresan. Obat ini digunakan agar tubuh tidak menolak donor organ dari orang lain atau karena menderita HIV/AIDS.
- Melahirkan anak: Makin banyak anak yang dilahirkan seorang wanita, maka risiko makin tinggi. Wanita yang punya tiga anak tiga kali lebih berisiko terkena kanker serviks daripada wanita yang tidak punya anak sama sekali. Diperkirakan bahwa perubahan hormon saat sedang hamil membuat leher rahim lebih rentan terserang HPV.
- Minum pil kontrasepsi atau KB lebih dari lima tahun: Mengonsumsi pil KB cukup lama akan meningkatkan risiko dua kali lipat mengalami kanker serviks. Meski hal ini masih belum jelas alasannya.
Cara Penyebaran Kanker
Serviks
Jika kanker
serviks tidak didiagnosis dan tidak ditangani, perlahan-lahan sel kanker akan
keluar dari leher rahim dan menyebar ke organ serta jaringan di sekitarnya.
Kanker bisa menyebar ke vagina dan otot yang menopang tulang panggul. Sel
kanker juga bisa menyebar ke tubuh bagian atas. Kondisi ini akan menghalangi
saluran yang mengalir dari ginjal ke kandung kemih atau sering disebut sebagai
ureter.
Kanker bisa
menyebar ke kandung kemih, rektum, dan akhirnya sampai ke hati, tulang dan
paru-paru. Sel kanker ini juga bisa menyebar ke sistem limfatik. Sistem
limfatik terdiri dari serangkaian nodus dan saluran yang menjalar ke seluruh
tubuh dengan cara yang sama seperti sistem peredaran darah.
Nodus limfa
menghasilkan banyak sel khusus yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Jika Anda terkena infeksi, nodus di leher atau di bawah ketiak akan membengkak.
Pada beberapa kanker serviks stadium awal, nodus limfa yang dekat dengan leher
rahim mengandung sel kanker. Dan pada beberapa kanker serviks stadium akhir,
nodus limfa di dada dan perut juga bisa terinfeksi kanker
Diagnosis Kanker Serviks
Jika kanker
serviks terdeteksi sejak dini, tingkat keberhasilan pengobatan menjadi lebih
tinggi. Rujukan pada seorang ginekolog atau dokter spesialis sistem reproduksi
wanita akan diberikan jika hasil pap
smear menunjukkan adanya sel
yang abnormal pada leher rahim. Pada kebanyakan kasus, keberadaan sel-sel
abnormal ini tidak berarti kanker rahim.
Rujukan pada ginekolog juga diberikan jika terjadi pendarahan abnormal pada
vagina untuk melihat apakah ada perubahan abnormal pada leher rahim.
- Prosedur Kolposkopi. Kolposkopi adalah pemeriksaan leher rahim untuk mencari kelainan. Dokter akan memakai kaca pembesar khusus untuk melihat vulva, vagina, dan leher rahim. Proses ini menggunakan mikroskop dengan lampu kecil di ujungnya. Jika terlihat kelainan pada proses kolposkopi, sampel kecil jaringan akan diambil dari leher rahim dan diperiksa di bawah mikroskop, untuk melihat apakah ada sel kanker di dalamnya. Seluruh proses ini akan dilakukan oleh dokter ginekolog.
- Biopsi Kerucut (Cone Biopsy). Sebuah prosedur operasi kecil bernama biopsi kerucut (cone biopsy) mungkin perlu dilakukan. Istilah biopsi kerucut diambil dari jaringan berbentuk kerucut yang diambil dari leher rahim. Sel-sel dari jaringan ini akan diperiksa dengan mikroskop untuk memeriksa apakah ada sel kanker. Prosedur ini dilakukan di rumah sakit dengan pemakaian bius lokal. Efek sampingnya adalah pendarahan yang mungkin terjadi hingga satu bulan setelah operasi. Selain itu, menstruasi juga mungkin akan terasa nyeri. Jika leher rahim mengandung sel kanker atau sel yang berpotensi menjadi kanker, penanganan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan seluruh sel abnormal tersebut terangkat.
Manfaat Pemeriksaan Lebih Lanjut
Dengan pemeriksaan
biopsi, pasien bisa mengetahui apakah mengidap kanker serviks dan apakah sudah
menyebar. Jika memang terdapat kanker serviks, pemeriksaan lanjutan untuk
melihat sejauh mana penyebaran kankernya adalah:
- Tes darah: dilakukan untuk memeriksa kondisi hati, ginjal, dan sumsum tulang.
- Pemeriksaan organ panggul: rahim, vagina, rektum, dan kandung kemih akan diperiksa apakah terdapat kanker.
- CT scan: pemindaian kondisi tubuh bagian dalam dengan komputer untuk mendapatkan gambar tiga dimensi. Berguna untuk melihat kanker yang tumbuh dan apakah kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
- X-ray dada: untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke paru-paru.
- MRI scan: pemindaian memakai medan magnet yang kuat dan gelombang radio menghasilkan gambar dari dalam tubuh. Berguna untuk melihat apakah kanker sudah menyebar dan seberapa jauh penyebarannya.
- PET scan: jika digabungkan dengan CT scan, dapat melihat penyebaran kanker dan juga memeriksa respons seseorang terhadap pengobatan yang dilakukan.
Stadium Kanker Serviks
Stadium kanker
yang diderita bisa ditentukan setelah semua tes selesai dilakukan. Stadium
digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh kanker sudah menyebar. Jika stadium
kanker makin tinggi, maka penyebaran yang terjadi lebih luas. Berikut ini
adalah stadium kanker serviks berdasarkan penyebarannya:
- Stadium 0: stadium prakanker. Tidak ada sel kanker di leher rahim, tapi ada perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker. Tahap ini sering disebut sebagai cervical intraepithelial neoplasia (CIN) atau carcinoma in situ (CIS).
- Stadium 1: kanker masih berada di dalam leher rahim dan belum ada penyebaran.
- Stadium 2: kanker sudah menyebar ke luar leher rahim dan di jaringan sekitarnya. Tapi belum mencapai dinding panggul atau bagian bawah vagina.
- Stadium 3: kanker sudah menyebar ke dinding panggung dan/atau ke bagian bawah dari vagina.
- Stadium 4: kanker sudah menyebar ke usus, kandung kemih, atau organ lain, seperti paru-paru.
Pengobatan Kanker Serviks
Pengobatan
terhadap kanker serviks tergantung pada beberapa faktor. Misalnya stadium
kanker, usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, kondisi medis lain yang
sedang dihadapi dan pilihan pengobatan yang diinginkan. Memutuskan cara
pengobatan terbaik bisa sangat membingungkan. Kanker serviks biasanya akan
ditangani oleh tim yang terdiri dari dokter dari berbagai spesialisasi. Tim ini
akan membantu memilih cara terbaik melanjutkan pengobatan, tapi keputusan akhir
tetap ada di tangan Anda.
Jenis penanganan
menurut stadium kanker terbagi dua. Yang pertama adalah penanganan kanker
serviks tahap awal, yaitu operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ
rahim, radioterapi, atau kombinasi keduanya. Dan yang kedua adalah penanganan
kanker serviks stadium akhir, yaitu radioterapi dan/atau kemoterapi, kadang
operasi juga perlu dilakukan.
Jika diagnosis
kanker serviks sudah diketahui sejak awal, kemungkinan pulih sepenuhnya cukup
bagus. Tapi jika kanker sudah menyebar, peluang pulih total akan berkurang.
Pada kasus kanker serviks yang tidak bisa disembuhkan, bisa dilakukan perawatan
paliatif. Perawatan jenis ini berfungsi untuk memperlambat penyebaran kanker,
memperpanjang usia pasien dan mengurangi gejala yang muncul, misalnya rasa
sakit dan pendarahan vagina.
Prosedur Pengangkatan Sel-sel Prakanker
Hasil pap smear mungkin
tidak menunjukkan adanya kanker serviks, tapi bisa dilihat jika terjadi
perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker di masa mendatang. Berikut
ini adalah beberapa penanganan yang tersedia:
- Biopsi kerucut: yaitu pengangkatan wilayah tempat jaringan yang abnormal melalui prosedur operasi.
- Terapi laser: pemakaian laser untuk membakar sel-sel abnormal.
- LLETZ atau large loop excision of transformation zone: sel-sel abnormal dipotong memakai kawat tipis dan arus listrik.
Operasi Pengangkatan Kanker Serviks
Ada tiga jenis
operasi utama untuk kanker serviks.
Operasi radical trachelectomy
Prosedur ini lebih
cocok untuk kanker serviks yang terdeteksi pada stadium awal dan akan
ditawarkan kepada wanita yang masih ingin memiliki anak. Operasi ini bertujuan
mengangkat leher rahim, jaringan sekitarnya, dan bagian atas dari vagina, tanpa
mengangkat rahim.
Anda masih
berpeluang memiliki anak karena rahim tidak diangkat. Pasca operasi, rahim dan
vagina membutuhkan waktu untuk pulih. Akan disarankan menunggu enam bulan
hingga setahun setelah operasi sebelum memutuskan untuk hamil.
Operasi yang melibatkan
pengangkatan rahim
Histerektomi adalah
operasi pengangkatan rahim wanita. Histerektomi dilakukan untuk berbagai
alasan, salah satunya untuk operasi kanker serviks stadium awal. Agar kanker
tidak kembali lagi, radioterapi juga mungkin perlu dilakukan.
Ada dua jenis
operasi histerektomi. Pertama, histerektomi sederhana, di mana operasi ini,
leher rahim dan rahim akan diangkat. Pada beberapa kasus, ovarium dan tuba
falopi juga diangkat. Dilakukan untuk kanker serviks stadium awal.
Yang kedua
histerektomi radikal. Leher rahim, rahim, jaringan di sekitarnya, nodus limfa,
ovarium dan tuba falopi, semuanya diangkat. Ini operasi yang cenderung
dilakukan pada kanker serviks stadium satu lanjutan dan stadium dua pada tahap
awal.
Efek samping atau
komplikasi jangka pendek dari operasi histerektomi adalah:
- Pendarahan
- Infeksi
- Risiko cidera pada ureter, kandung kemih dan rektum
- Penggumpalan darah
Kemungkinan
komplikasi jangka panjang dari operasi histerektomi adalah:
- Ketidakmampuan menahan kencing.
- Vagina menjadi pendek dan lebih kering, hubungan seksual bisa terasa menyakitkan.
- Pencernaan dalam usus terhalang karena adanya penumpukan bekas luka. Mungkin diperlukan operasi lagi untuk membukanya.
- Pembengkakan pada lengan dan kaki karena penumpukan cairan atau limfedema.
Meski risiko
komplikasi ini kecil, tapi akan sangat menyulitkan jika terjadi. Dengan
histerektomi, kehamilan tidak mungkin terjadi dan jika ovarium diangkat, ini
juga bisa memicu terjadinya menopause jika
pasien belum mengalaminya.
Pelvic exenteration
Pelvic exenteration adalah operasi besar yang hanya disarankan jika
kanker serviks kembali muncul setelah pernah diobati dan sempat sembuh. Operasi
ini dilakukan jika kanker kembali ke daerah panggul, tapi belum menyebar ke
wilayah lain.
Setelah operasi,
vagina bisa direkonstruksi ulang memakai kulit dan jaringan yang diambil dari
bagian tubuh lainnya. Anda tetap bisa melakukan hubungan seks beberapa
bulan setelah operasi ini.
Terdapat dua
tahapan pelvic exenteration yang harus dilewati. Tahap pertama, kanker akan
diangkat bersamaan dengan kandung kemih, rektum, vagina, dan bagian bawah dari
usus. Lalu tahap yang kedua, dua lubang yang disebut stoma akan
dibuat di perut untuk mengeluarkan urin dan kotoran dari tubuh. Kotoran yang
dibuang dimasukkan ke dalam kantong penyimpanan, disebut dengan istilah
kantong colostomy.
Penanganan Kanker
Serviks dengan Radioterapi
Untuk penanganan
kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa dilakukan sendiri atau
dikombinasikan dengan operasi. Sedangkan untuk kanker serviks stadium akhir,
radioterapi digabung dengan kemoterapi. Kombinasi ini bertujuan untuk
mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri.
Proses radioterapi
biasanya berjalan sekitar satu sampai dua bulan. Meski begitu, radioterapi
tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker, terkadang radioterapi juga
menghancurkan jaringan yang sehat. Efek samping bisa bertahan selama
berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Pada beberapa kasus, efek samping ini bisa
bersifat permanen. Tapi, kebanyakan efek samping akan hilang dalam dua bulan
setelah menyelesaikan pengobatan.
Tapi keuntungan
radioterapi sering kali lebih besar dari risiko dan efek sampingnya. Bagi
beberapa orang, radioterapi menawarkan harapan satu-satunya untuk memusnahkan
kanker. Efek samping dari radioterapi adalah:
- Sakit saat buang air kecil.
- Pendarahan dari vagina dan rektum.
- Diare.
- Kelelahan.
- Mual.
- Merusak kandung kemih dan usus sehingga kehilangan kontrol dalam membuang air besar dan kecil.
- Mempersempit vagina sehingga seks menjadi terasa sakit.
- Kulit seperti terbakar di daerah panggul.
- Kemandulan.
- Merusak ovarium, berakibat pada menopause dini.
Sel telur bisa
diangkat melalui operasi dari ovarium sebelum radioterapi, jika Anda
mencemaskan soal kesuburan. Sel telur ini bisa ditanamkan kembali di rahim.
Untuk mencegah menopause, ovarium bisa dipindahkan di luar daerah panggul yang
tidak terpengaruh radiasi. Proses ini lebih dikenal dengan istilah ovarian transposition.
Mengobati Kanker Serviks dengan Kemoterapi
Untuk mengobati
kanker serviks, kemoterapi bisa digabung dengan radioterapi. Untuk kanker
stadium akhir. Kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan
mengurangi gejala yang muncul. Pengobatan ini sering disebut sebagai kemoterapi
paliatif.
Kemoterapi memakai
obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker. Berbeda dengan radioterapi atau
operasi yang berdampak pada bagian tertentu saja, kemoterapi akan berdampak
pada seluruh tubuh. Obat ini mengincar sel yang tumbuh dan berkembang biak
dengan cepat, terutama sel kanker. Tapi sel sehat yang berkembang biak dengan
cepat juga bisa terpengaruh.
Kemoterapi bisa
memakai satu obat khusus untuk membunuh sel kanker. Satu jenis obat ini
biasanya disebut cisplatin. Tapi kombinasi obat-obatan kemoterapi juga bisa
diterapkan. Pengobatan kemoterapi diberikan melalui infus pada pasien rawat
jalan. Pasien diperbolehkan pulang setelah menerima pengobatan sesuai dosis.
Anda harus sering
melakukan tes darah ketika melakukan kemoterapi. Tes darah bertujuan untuk
memeriksa kesehatan ginjal Anda karena beberapa obat-obatan kemoterapi bisa
merusak ginjal.
Pengobatan ini
juga bisa merusak jaringan yang sehat. Efek samping yang paling sering terjadi
adalah:
- Mengalami sariawan.
- Kehilangan selera makan.
- Merasakan kelelahan.
- Mual dan muntah.
- Rambut rontok: rambut bisa tumbuh kembali dalam waktu tiga sampai enam bulan setelah kemoterapi selesai. Tapi tidak semua kemoterapi menyebabkan rambut rontok.
- Jumlah sel darah merah berkurang: ini bisa mengakibatkan kelelahan dan sesak napas. Anda akan rentan terhadap infeksi karena kekurangan sel darah putih.
Pengobatan Pada Masa Kehamilan
Pengobatan kanker
serviks pada masa kehamilan tergantung pada stadium kanker dan juga umur
kehamilan Anda. Misalnya Anda menderita kanker serviks stadium awal dan berada
pada usia kehamilan sembilan bulan. Pengobatan yang dilakukan akan ditunda
hingga Anda melahirkan bayi. Pengobatan kanker bisa menyebabkan kelahiran
prematur atau bahkan keguguran.
Tindakan Lanjutan Pasca Pengobatan
Setelah pengobatan
kanker serviks, sangat penting untuk menerima pemeriksaan lanjutan, terutama
pada vagina dan leher rahim diperlukan jika kanker belum diangkat. Pemeriksaan
ini bertujuan mencari pertanda karena adanya risiko kanker bisa kembali. Biopsi
akan dilakukan kembali jika ada hal yang mencurigakan. Kemunculan kembali
kanker ini biasanya terjadi sekitar satu setengah tahun setelah selesai
pengobatan.
Perawatan lanjutan
dilakukan tiap empat bulan sekali, ini untuk dua tahun pertama setelah
pengobatan selesai. Lalu tiap enam bulan sampai satu tahun sekali selama
tiga tahun berikutnya.
Komplikasi Kanker Serviks
Komplikasi bisa
muncul akibat dari pengobatan atau karena stadium kanker serviks yang sudah
pada tahap akhir.
Efek Samping Pengobatan Kanker Serviks
Pengobatan kanker
serviks berisiko menyebabkan beberapa efek samping yang dihadapi oleh
penderita.
Mengalami menopause
dini
Menopause adalah kondisi saat ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen
dan progesteron. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita sekitar umur 50
tahun. Menopause dini bisa terjadi jika ovarium diangkat melalui operasi atau
bisa juga karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Beberapa gejala
yang bisa muncul akibat kondisi ini adalah:
- Vagina kering.
- Menstruasi berhenti atau tidak teratur.
- Kehilangan selera seksual.
- Sensasi rasa panas dan berkeringat (hot flushes).
- Berkeringat berlebihan, meski di malam hari.
- Kehilangan kontrol sehingga buang air kecil tanpa disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia stres.
- Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh.
Ada beberapa
obat-obatan yang bisa mengatasi gejala ini dengan efek merangsang produksi estrogen
dan progesteron. Pengobatan ini disebut sebagai terapi penggantian hormon.
Terjadinya penyempitan
vagina
Pengobatan dengan
radioterapi pada kanker serviks sering kali menyebabkan penyempitan vagina.
Hubungan seks bisa terasa sangat menyakitkan dan sulit. Terdapat dua pilihan
pengobatan untuk ini. Pertama, mengoleskan krim hormon pada vagina untuk
meningkatkan kelembapan pada vagina dan hubungan seks menjadi lebih mudah.
Yang kedua adalah
dengan memakai vaginal dilator. Vaginal dilator bisa terbuat dari plastik, karet, atau kaca yang
halus. Bentuknya seperti tabung dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Alat
ini berfungsi untuk mengembalikan fleksibilitas vagina. Alat ini akan membuat
jaringan vagina menjadi elastis dan hubungan seks akan terasa lebih nyaman.
Disarankan
memakai vaginal dilator selama lima sampai 10 menit secara teratur
selama enam bulan sampai satu tahun.
Banyak wanita yang
merasa malu membicarakan tentang alat ini. Tapi ini penanganan yang cukup
dikenal untuk masalah penyempitan vagina. Tanyakan pada dokter tentang alat
ini.
Munculnya limfedema
atau penumpukan cairan tubuh
Limfedema adalah
pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau kaki karena sistem limfatik
yang terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan
sistem sirkulasi tubuh.
Sistem limfatik
mungkin tidak berfungsi dengan normal jika nodus limfa diangkat dari panggul
Anda. Salah satu fungsi sistem limfatik adalah membuang cairan berlebihan dari
dalam jaringan tubuh. Gangguan pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan
cairan pada organ tubuh. Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.
Pada penderita
kanker serviks, biasanya terjadi pada bagian kaki. Untuk mengurangi
pembengkakan, bisa dilakukan latihan dan teknik pemijatan khusus. Perban atau
kain pembalut khusus juga bisa membantu.
Dampak emosional pada
penderita
Secara emosi,
menderita kanker serviks bisa sangat melelahkan. Misalnya pasien merasa sedih
saat didiagnosis dan merasa senang setelah kanker diangkat. Tapi pasien kembali
merasa sedih saat menghadapi efek samping pengobatan. Hal ini yang bisa memicu terjadinya depresi. Tanda-tanda depresi adalah merasa sedih, putus harapan, dan tidak
menikmati hal-hal yang biasanya disukai.
Tanyakan kepada
dokter mengenai hal ini. Ada beberapa obat-obatan antidepresan yang bisa
diterapkan. Terapi perilaku kognitif (CBT), berfokus pada bagaimana pikiran dan
keyakinan bisa memengaruhi cara Anda merasakan dan menghadapi masalah. Anda
bisa mencari informasi tentang kelompok dukungan kanker serviks di rumah sakit
atau menanyakan pada Yayasan Kanker Indonesia.
Dampak Kanker Serviks Stadium Lanjut
Rasa sakit akibat
penyebaran kanker
Rasa sakit yang
parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang, atau otot.
Tapi beberapa obat pereda rasa sakit biasanya bisa dipakai untuk mengendalikan
rasa sakit itu. Obat-obatan yang dipakai mulai dari parasetamol, obat
anti inflamasi non-steroid atau NSAIDs, hingga morfin. Semua tergantung
pada tingkat rasa sakit yang dirasakan.
Jika pereda rasa
sakit tidak banyak membantu, tanyakan obat yang mungkin memiliki efek lebih
kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif untuk mengendalikan rasa sakit.
Pendarahan berlebih
Pendarahan berlebih
bisa terjadi jika kanker menyebar hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih.
Pendarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Bisa juga terjadi pendarahan
saat buang air kecil. Pendarahan berlebihan bisa ditangani dengan kombinasi
obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah. Obat ini bisa menghalangi aliran
darah.
Pendarahan kecil
bisa ditangani dengan obat bernama asam traneksamat. Obat ini membuat darah menggumpal sehingga dapat menghentikan
pendarahan. Radioterapi juga efektif dalam menghentikan pendarahan karena
kanker.
Penggumpalan darah
setelah pengobatan
Seperti kanker
lainnya, kanker serviks bisa membuat darah menjadi lebih ‘lengket’ atau
‘kental’ dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah juga
meningkat setelah menjalani kemoterapi dan istirahat pasca operasi. Munculnya
tumor yang besar bisa menekan pembuluh darah pada panggul. Hal inilah yang
memperlambat aliran darah dan akhirnya mengakibatkan penggumpalan di kaki.
Gejala terjadinya penggumpalan darah pada kaki antara lain:
- Sakit yang terasa sangat dalam di area kaki yang terkait.
- Rasa sakit dan pembengkakan di salah satu bagian kaki, biasanya pada betis.
- Kulit memerah, terutama pada bagian belakang kaki di bawah lutut.
- Pada bagian yang terjadi penggumpalan, kulit akan terasa hangat.
Yang paling
dikhawatirkan adalah terjadinya pulmonary
embolism atau emboli paru karena akibatnya bisa sangat fatal. Emboli paru adalah penggumpalan
darah dari pembuluh darah di kaki bergerak ke paru-paru dan menghalangi pasokan
darah ke paru-paru. Penggumpalan darah di kaki ini bisa ditangani dengan
kombinasi obat-obatan pengencer darah, misalnya obat-obatan jenis heparin atau warfarin.
Semacam stocking juga akan dibalutkan ke kaki karena bisa membantu
memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh.
Ginjal berfungsi
membuang materi limbah dari dalam tubuh. Limbah ini dibuang melalui urin
melewati saluran yang disebut ureter. Tes darah sederhana bisa dilakukan untuk
mengawasi kinerja ginjal. Tes darah ini biasanya disebut sebagai tingkat serum
kreatinin.
Pada beberapa
kasus kanker serviks lanjutan, kanker bisa menekan ureter. Ini menyebabkan
terhalangnya aliran urin untuk keluar dari ginjal. Terkumpulnya urin di ginjal
lebih dikenal dengan istilah hidronefrosis. Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal
membengkak dan meregang. Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal sehingga
kehilangan seluruh fungsinya. Kondisi inilah yang disebut sebagai gagal ginjal.
Pengobatan untuk
gagal ginjal adalah dengan mengeluarkan semua urin yang terkumpul di ginjal.
Pipa akan dimasukkan melalui kulit dan ke dalam tiap ginjal, dikenal sebagai
nefrostomi perkutan. Pilihan pengobatan lain adalah memperlebar kedua saluran
ureter. Ini dilakukan dengan cara memasukkan pipa besi kecil atau stent ke dalam
ureter.
Beberapa gejala
yang muncul akibat gagal ginjal bisa sangat beragam, yaitu:
- Sesak napas.
- Kelelahan.
- Mual.
- Pembengkakan pada pergelangan, tangan atau kaki karena penimbunan cairan.
- Darah dalam urin.
Produksi cairan vagina
yang tidak normal
Cairan vagina bisa
berbau aneh dan tidak sedap akibat dari kanker serviks stadium lanjutan. Cairan
yang keluar bisa muncul karena beberapa alasan, yaitu:
- Kerusakan pada jaringan sel-sel.
- Kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran isi organ-organ tersebut yang keluar melalui vagina.
- Karena infeksi bakteri pada organ vagina.
- Pengobatan untuk kelainan cairan vagina ini menggunakan gel antibakteri yang mengandung metronidazole. Bisa juga dengan cara memakai baju yang mengandung zat arang (karbon). Karbon adalah senyawa kimia yang sangat efektif untuk menyerap bau yang tidak sedap.
Fistula
Fistula adalah
terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua bagian dari tubuh. Pada
kasus kanker serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan vagina.
Ini bisa mengakibatkan pengeluaran cairan tanpa henti dari vagina. Terkadang
fistula bisa terjadi antara vagina dan rektum. Fistula termasuk komplikasi yang
tidak umum. Hanya terjadi pada 2 persen kasus kanker serviks lanjutan.
Untuk memperbaiki
fistula, biasanya perlu dilakukan operasi. Tapi ini sering kali tidak mungkin
dilakukan pada wanita dengan kanker serviks lanjut karena kondisi mereka yang
sudah sangat lemah. Jika operasi tidak memungkinkan, krim dan pelembap bisa
digunakan untuk mengurangi pengeluaran cairan. Ini juga bertujuan untuk
melindungi vagina dan jaringan di sekitarnya agar tidak rusak dan terjadi
iritasi.
Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif
bisa menjadi alternatif jika pasien tidak ingin mendapatkan perawatan kanker.
Perawatan ini bertujuan untuk mengendalikan gejala-gejala akibat kanker dan
membuat Anda merasa lebih nyaman. Tanyakan pada dokter agar Anda paham dengan
apa yang akan terjadi.
Pencegahan Kanker Serviks
Cara utama dalam
mencegah kanker serviks adalah mencegah tertular virus HPV. Diperkirakan
sekitar 99 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh virus ini.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker
serviks meliputi berhubungan seks dengan aman, setia pada pasangan, screening
rutin pada leher rahim, vaksinasi, serta berhenti merokok.
Kebanyakan kasus
kanker serviks berhubungan dengan infeksi HPV jenis tertentu. Penyebaran virus
ini terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, maka gunakan kondom
ketika berhubungan seksual untuk mengurangi risiko tertular HPV.
Risiko tertular
HPV juga meningkat seiring dengan jumlah pasangan seksual seseorang. Wanita
yang hanya memiliki satu pasangan pun juga bisa terkena infeksi ini jika
pasangannya memiliki banyak pasangan seksual lain.
Screening untuk
kanker serviks atau pap smear adalah metode untuk mendeteksi sel-sel yang
berpotensi menjadi kanker. Pap smear leher rahim bukanlah tes untuk kanker. Tes ini hanya
memeriksa kesehatan sel-sel pada leher rahim. Kebanyakan hasil tes pada wanita
menunjukkan hasil normal. Lakukanlah pap
smear secara teratur. Wanita yang
pernah berhubungan seks dan terutama sudah berusia 25-49 tahun, disarankan
untuk melakukan tes tiap tiga tahun sekali. Untuk wanita usia 50-64 tahun,
disarankan melakukan tes lima tahun sekali.
Vaksinasi HPV atau
human papilomavirus melindungi wanita dari infeksi jenis virus utama yang
menyebabkan kanker serviks. Vaksin akan lebih efektif jika diberikan pada gadis
sebelum aktif secara seksual. Meski vaksin HPV bisa mengurangi risiko kanker
serviks, tapi vaksin ini tidak menjamin Anda bebas dari penyakit ini. Anda
tetap sebaiknya menjalani pap smear secara rutin meski sudah mendapatkan
vaksinasi.
Risiko terkena
kanker serviks juga bisa dikurangi dengan menjauhi rokok. Orang yang merokok
lebih sulit dalam menghilangkan infeksi HPV dari tubuh. Infeksi inilah yang
berpotensi menjadi kanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar