Sikap konsumen
Sikap konsumen adalah tanggapan perasaan konsumen yang bisa
berupa perasaan suka atau tidak suka terhadap objek tertentu, misalnya
bagaimana sikap konsumen terhadap kinerja produk, bagaimana sikap konsumen
terhadap merk perusahaan, bagaimana sikap konsumen terhadap harga produk,
bagaimana sikap konsumen terhadap iklan produk perusahaan yang ditayangkan di
tv , dan sebagainya.
MODEL SEDERHANA SIKAP KONSUMEN
Dibagi
menjadi 3 sikap komponen :
1. Kognitif berkaitan dengan pikiran
(otak) seseorang , apa yang dipikirkan konsumen. Kognitif bersifat rasional dan
masuk akal.
2. Afektif berkaitan dengan perasaan, jadi
sifatnya lebih kearah emosional wujudnya bisa berupa seperti senang, sedih,
ceria, gembira, dan sebagiannya.
3. Konatif (psikomotor) wujudnya
seperti keterampilan seseorang misal nya trampil menyetir, olahraga, memasak
dan lain-lain.
MODEL MULTIATRIBUT SIKAP
Model
multiatribut sikap dasarnya dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Model sikap terhadap objek.
Karakteristrik model ini adalah sebagai
berikut :
a.
Sikap
bagaimana mempresentasikan kepercayaan terhadap konsumen.
b.
Sikap
bermanfaat untuk mengukur tanggapan konsumen terhadap objek tertentu. Sikap
konsumen bisa berupa positif atau negatif
2. Model sikap terhadap prilaku.
3. Model teori tindakan beralasan
Model ini meliputi 3 komponen (kognitif, afektif dan konatif
[psikomotor])
KARAKTERISTIK KONSUMEN, SIKAP DAN
BELANJA ONLINE
Didasarkan
pada empat karakteristik
1. Demografik
Dikelompokan menjadi kelas sosial,
etnis, usia, pendidikan, penghasilan, agama dan lain-lain
2. Preferensi pembelian produk
Dikelompokan menjadi keluarga,
teman, kelompok referensi, dan lain-lain
3. Presepsi manfaat produk bagi
konsumen
Berdasarkan presepsi manfaat produk
yaitu manfaat inti produk dan atribut produk
4. Gaya hidup konsumen
Dikelompokan menjadi gaya hidup
sehat, gaya hidup sosialita, gaya hidup orang kota dan orang desa dan gaya
hidup orang modern
Kararakteristik konsumen tersebut akan berpengaruh terhadap
sikap konsumen dalam berbelanja online.
NILAI KONSUMEN
Nilai konsumen adalah perbedaan antara total nilai konsumen
dengan total biaya yang dikeluarkan konsumen dari pemasaran produk. Perusahaan
juga harus menjadi pusat konsumen dan memberikan nilai yang tinggi pada target
pasar sasaran. Jumlah nilai konsumen dibagi yaitu nilai produk, nilai
pelayanan, nilai karyawan dan nilai citra. Sementara total biaya pelanggan
dibagi menjadi yaitu biaya moneter (uang), biaya waktu, biaya tenaga dan
psikis.
KEPUASAN KONSUMEN
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dinilai dari perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja yag riil / aktual dengan kinerja produk yang diharapkan.
Menurut para ahli Zeithaml dan Bitner (2005) kepuasan konsumen merupakan
konsumen yang merasa puas pada produk atau jasa yang dibeli dan digunakannya
akan kembali menggunakan jasa produk yang ditawarkan. Menurut Kotler (2005),
kepuasan konsumen adalah sejauh mana tingkatan produk di persepsikan sesuai
dengan harapan pembeli, suatu keadaan dimana harapan konsumen terhadap suatu
produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen.
Kepuasan konsumen diukur dengan seberapa besar harapan
konsumen tentang produk dan pelayanan sesuai dengan kinerja produk dan
pelayanan yang aktual. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli ulang
produk tersebut maka sebaliknya, jika kecewa, konsumen tidak akan membeli
produk yang sama lagi dikemudian hari. Kepuasan konsumen merupakan evaluasi
purnabeli dimana alternatif yang dipilih, sekurang-kurangnya sama atau
melampaui harapan konsumen. Kekecewaan timbul apabila kinerja yang aktual tidak
memenuhi harapan konsumen.
Ada
lima tahap pasca pembelian produk yang akan dilalui konsumen yaitu :
1. Konsumsi produk
2. Perasaan puas atau tidak puas
3. Perilaku keluhan konsumen
4. Diposisi barang
5. Pembentukan kesetian merk
MEMBERIKAN NILAI DAN KEPUASAN
PELANGGAN
Michael Porter menciptakan rantai nilai sebagai alat untuk
mengidentifikasi cara-cara untuk menciptakan lebih banyak nilai bagi pelanggan
seperti :
·
Setiap perusahaan melakukan kegiatan merancang produk, menghasilkan produk,
memasarkan produk, memberikan produk dan mendukung produknya. Kegiatan
perusahaan secara terperinci dimulai dari membawa bahan mentah keperusahaan,
mengonversinya menjadi produk jadi, mengirim produk jadi, memasarkan, dan
memberikan pelayanan.
·
Kegiatan yang menunjang perusahaan mengadakan infrastruktur perusahaan,
manajemen sumber daya manusia (MSDM), pengembangan teknologi, pengadaan sarana
atau prasarana.
·
Tugas utama perusahaan memeriksa semua biaya yang dikeluarkan dan kinerja
produk yang dihasilkan dalam setiap kegiatan penciptaan nilai dan mencari cara
untuk memperbaikinya.
TEORI KEPUASAN KONSUMEN
Berikut
adalah teori-teori yang membahas kepuasan konsumen :
Teori
perasaan afektif ekperiental (experientially affective feeling theory) menurut
Jones (2008), teori ini beranggapan bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi oleh
perasaan positif dan negativ yang di asosiasikan konsumen dengan produk yang
sudah dibeli dan di konsumsi.
Teori kepuasan (the expectancy disconfirmation
model) mengemukakan
bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan
antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan kinerja produk yang
sesungguhnya.
Harapan konsumen tentang bagaimana kinerja produk yang
ditawarkan :
a. Produk berkinerja lebih baik dari
yang diharapkan (positive disconfirmation)
b. Produk berkinerja seperti yang
diharapkan (simple confirmation)
c. Produk berkinerja lebih buruk
dari yang diharapkan (negative disconfirmation)
Suatu
model yang krisis untuk memahami kepuasan atau ketidakpuasan konsumen ( consumer
satisfaction / dissatisfaction = CS / D ) adalah model diskonfirmasi harapan,
yang mendefinisikan CS / D sebagai “evaluasi yang dilakukan bahwa
pengalaman setidak-tidaknya sama baiknya sebagaimana yang seharusnya.”
Harapan konsumen akan kinerja juga dipengaruhi oleh
pengalaman nya oleh produk-produk lain yang serupa. Misalnya, salah satu factor
utama yang mempengaruhi presepsi konsumen akan kualitas pelayanan kesehatan
adalah ketepatan waktu pemberian perawatan kesehatan.
Akhirnya, harapan kinerja dipengaruhi oleh karakteristik
masing-masing konsumen. Beberapa konsumen berharap lebih banyak dari
produk-produk daripada konsumen lainnya. Demikian pula, beberapa konsumen lebih
bebas untuk menerima daripada yang lainnya. Konsumen yang kebebasan penerimaannya
sangat sempit tentu saja lebih muda merasa tidak puas daripada mereka yang
bidang penerimaannya luas.
Teori keadilan
Pendekatan lain untuk memahami
kepuasan konsumen adalah teori keadilan (aquity theory). Teori keadilan
berpendapat bahwa masyarakat akan menganalisis
rasio
hasil ( outcomes ) dan masukan ( input ) mereka terhadap hasil dan masukan
rekan mereka dalam suatu pertukaran.
Hasil yang diterima A dari suatu pertukaran dibagi dengan
masukan A pada pertukaran harus sama dengan hasil B dari pertukaran dibagi
masukan B pada pertukaran.
Dengan
demikian, kepuasan terjadi apabila rasio hasil dan masukan untuk masing-masing
pihak pertukaran kira-kira sama.
Teori atribusi, kegagalan produk dan
kepuasan konsumen
Teori atribusi (attribution theory)
ini merupakan cara untuk mengidentifikasi penyebab suatu tindakan. Atribusi
yang dibuat konsumen dapat sangat mempengaruhi kepuasan pasca pembelian mereka
terhadap suatu produk atau jasa.
Ada 3 jenis atribusi menurut Jones (2008) antara lain :
a.
Atribusi
kausal (causal attribution) bila terjadi kesalahan konsumen akan menilai siapa
yang patut disalahkan.
b.
Atribusi
control (control attribution) konsumen menilai apakah ketidakpuasan masih
berada dalam control pemasar atau tidak.
c.
Atribusi
stabilitas (stability attribution) konsumen akan memberi penilaian jika mereka
tidak puas dengan kinerja produk atau perusahaan, apakah hal ini akan terulang
dikemudian hari atau tidak.
Kinerja produk actual
para peneliti menemukan bukti yang
kuat bahwa kinerja produk actual mempengaruhi kepuasan konsumen secara
independen dari harapan, kelayakan, dan atribusi. Jadi, meskipun konsumen
sepenuhnya mengharapkan agar suatu produk itu berhasil, mereka masih merasa
tidak puas bila produk itu berhasil.
Aveksi dan CS / D
Studi ini juga menemukan bahwa
pengukuran CS / D dipengaruhi secara langsung oleh perasaan afektif konsumen.
Para peneliti menemukan bahwa ada hubungan dimana suatu pembeli dapat
menimbulkan reaksi afektif, yang pada gilirannya akan menimbulkan perasaan CS /
D. Jadi, selain pengetahuan kognitif bahwa harapan atau ekpestasi di
konfirmasikan atau tidak dikonfirmasikan, perasaan yang mengelilingi proses
pasca – akuisisi ternyata juga mempengaruhi kepuasan konsumen akan suatu produk.
Temuan terbaru lainnya adalah bahwa
ketika tingkat keterlibatan konsumen dalam situasi pembelian meningkat,
kepuasan atau ketidakpuasan mereka terhadap pembelian cenderung lebih besar.
Jadi,bila hasil melebihi harapan, konsumen akan memiliki tingkat kepuasan yang
lebih tinggi apabila mereka sangat terlibat dalam pembelian.
PENGEMBANGAN KEPUASAN KONSUMEN
Dari
persfektif majerial, mempertahankan dan atau meningkatkan kepuasan pelanggan
adalah hal sangat kritis. Oleh karna itu, para manajer harus memandang
program-program yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai investasi.
Tingkat kepuasan atau ketidakpuasaan ini juga akan di pengaruhi oleh evaluasi
konsumen atas ekuitas pertukaran, serta oleh atribusi mereka terhadap kinerja
produk.
Pada akhir akhir ini
perusahaan-perusahaan diseluruh dunia telah menganut konsep kualitas total
(total quality management atau TQM). Majemen kualitas total adalah filsafat
manajemen yang di dasarkan atas ide-ide nahwa perusahaan yang berhasil akan
secara terus-menerus meningkatkan kualitas produk mereka, dan kualitas tersebut
didefinisikan sebagai hal yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Membuat
produk berkualitas tinggi merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan pemasaran
internasional sekarang ini dan pemasaran dari bisnis yang satu ke bisnis yang
lainnya. Unsur yang penting dalam pelaksaan program TQM adalah konsep bahwa
kualitas “dikendalikan oleh konsumen” dan karenanya, perusahaan harus menilai
persepsi konsumen atas kualitas. Kualitas produk (produk quality) didefinisikan
sebagai evaluasi menyeluruh pelanggan atas kebaikan kinerja barang atau jasa.
Isu utama dalam penilaian kinerja produk adalah dimensi apa yang digunakan
konsumen untuk melakukan evaluasinya.
Tujuh dimensi dasar dari kualitas antara lain :
a)
Kinerja:
tingkat absolute kinerja barang atau
jasa pada atribut kunci yang di identifikasi para pelanggan; sejauhmana produk
atau jasa “digunakan dengan benar”; jumlah atribut yang di tawarkan; kemampuan
pegawai untuk menangani masalah dengan baik; kualitas informasi yang di berikan
kepada pelanggan.
b)
Interaksi
pegawai: keramahan,
sikap hormat, dan empati yang di tunjukan oleh masyarakat pemberi jasa atau
barang; kredibilitas menyeluruh para pegawai, termasuk keoercayaan konsumen
kepada pegawai dan persepsi mereka tentang keahlian pegawai.
c)
Reliabilitas: konsistensi kinerja
barang, jasa, dan toko.
d)
Daya
tahan: rentang
kehidupan produk dan kekuatan umum.
e)
Ketepatan
waktu dan kenyamanan:
seberapa cepat produk di serahkan atau di perbaiki; seberapa cepat informasi
atau jasa di berikan; kenyamanan pembelian dan proses jasa, termasuk penerimaan
kartu kredit, jam kerja toko, dan tempat parkir.
f)
Estetika: penampilan fisik barang ataau toko;
daya tarik penyajian jasa; kesenangan atmosfer dimana jasa ataau produk
diterima; bagaimana desain produk yang akan diperlihatkan kepada masyarakat.
g)
Kesdaran
akan merek:
Dampak positif atau negative tambahan atas kualitas yang tampak, yang mengenal
merek atau nama toko atas evaluasi konsumen.
KUALITAS PRODUK
Perhatian pada kualitas produk
semakin meningkat selama beberapa tahun belakangan ini. Hal ini terjadi karena
keluhan konsumen semakin lama semakin terpusat pada kualitas yang buruk dari
produk baik pada bahan maupun pekerjaannya. Beberapa produk asing, misalnya
mobil jepang, lebih di gemari oleh konsumen karena kualitas produknya semakin
lama semakin meningkat. Ini berarti peningkatan kualitas merupakan keharusan
dalam dunia bisnis.
Meskipun kualitas produk mutlak harus ada, dalam
pelaksanaannya factor ini merupakan ciri pembentuk citra produk yang paling
sulit di jabarkan.
Konsumen sering tidak sependapat
tentang faktor-faktor apa yang sebenarnya membentuk kualitas sebuah produk,
mulai dari sepotong daging sapi sampai kesatu komposisi music. Pertama, produk
harus mampu mencapai tingkat kualitas yang sesuai dengan fungsi penggunaannya;
tidak perlu melebihi. Sesuai karena sebenarnya istilah baik dan buruk atau
jelek untuk mengukur kualitas suatu produk kurang tepat. Lebih tepat jika
digunakan istilah benar dan salah, atau sesuai dan tidak sesuai.
Jika membuat kue dari buah apel, orang cukup
memakai buah apel tingkat B atau C. tidak perlu buah apel yang berkualitas
terbaik karena selain lebih mahal, akhirnya buah tadi juga akan dilumatkan
menjadi roti. Penting di perhatikan, buah apel tadi mempunyai fungsi yang
sesuai dan benar sebagai bahan utama roti. Konsumen akan memiliki harapan
mengenai bagaimana produk tersebut seharusnya berfungsi. Fungsi produk yang
sesungguhnya di rasakan konsumen sebenarnya merupakan persepsi konsumen
terhadap kualitas produk tersebut.
Konsumen akan melakukan proses
evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Inilah yang di sebut
evaluasi alternative pacapembelian atau pascakonsumsi. Proses ini juga bias di
sebut proses evaluasi alternative tahap ke-2. Hasil dari proses evaluasi
pacsakonsumsi adalah kepuasan ataau ketidakpuasan terhadap konsumsi produk atau
merek yang telah di lakukannya. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli
dan mengonsumsi ulang produk tersebut. Perasaan yang tidak puas akan
menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi
produk tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar